‎Gus Dur Tidak Perlu Dibela!

Abdurrahman Wahid - Begitu marahnya para pendukung mendiang Gus Dur di berbagai daerah ketika Tokoh Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana, menuding lengsernya Gus Dur akibat kasus korupsi Bruneigate dan Buloggate. Lalu apa sesungguhnya yang menyebabkan lengsernya Gus Dur dari tampuk kekuasaan?

Greg Barton pernah mengatakan Gus Dur adalah salah seorang pemikir Islam Liberal di Indonesia, meskipun ia tidak pernah secara formal mengenyam pendidikan tinggi Sekuler, seperti Nurcholish Madjid, dkk. Bahkan Fachri Ali berpendapat bahwa dalam batas-batas tertentu, Gus Dur adalah agamawan dan pemikir yang paling Liberal di Indonesia, dan belum tertandingi oleh Nurcholish Madjid.

Betapa buruknya hubungan Gus Dur dengan kaum Muslimin. Dalam banyak hal, pemikiran dan statemen Gus Dur kerap menyakiti dan merugikan umat Islam Indonesia. Inilah fakta sejarah yang akan selalu segar dalam ingatan umat Islam Indonesia atas dosa-dosa Gus Dur selama hidupnya:
  1. Mengatakan al-Qur’an sebagai kitab paling porno di dunia. 
  2. Memperjuangkan Pluralisme.
  3. Mengakui semua agama benar.
  4. Menjalin kerjasama dengan Israel.
  5. Mendukung gerakan Kristenisasi.
  6. Membela Ahmadiyyah. 
  7. Ingin ganti ucapan Assalamualaikum dengan Selamat Pagi. 
  8. Tidak bersimpati terhadap korban Muslim pada konflik Ambon.
  9. Di dalam RUU Sisdiknas, Gus Dur lebih membela aspirasi kaum Kafirin untuk mentiadakan/mencabut pasal memasukkan pelajaran agama di sekolah-sekolah, dan justru menentang aspirasi kaum Muslim agar pasal pelajaran agama di sekolah-sekolah dimasukkan di dalam UU Sisdiknas. Dalam hal ini, kaum Kristen menuntut supaya pasal pendidikan agama dicabut dari system Sisdiknas, karena dengan demikian supaya kaum Kristen semakin mudah mengkafirkan generasi Muslim di Indonesia.
  10. Menginginkan Indonesia menjadi Sekuler.
  11. Dalam RUU Pornografi, kembali Gus Dur lebih membela aspirasi kaum Kafirin agar DPR tidak mensahkan RUU Anti Pornografi menjadi undang-undang, dan justru menentang aspirasi kaum Muslim supaya Indonesia/DPR mensahkan UU Anti Pornografi demi menjaga moral bangsa. Pada moment inilah Gus Dur menyatakan bahwa al-Qur’an adalah kitab paling porno se-Dunia!
  12. Gus Dur ikut bersama kaum Kafirin merangsek untuk menuntut Pemerintah mencabut pasal penodaan agama. Padahal pasal itu amat sentral demi terjaminnya kerukunan umat beragama. Yang dibidik Gus Dur adalah kaum Muslim, supaya kaum Muslim tidak berkutik ketika agamanya dihina. 
  13. Gus Dur ikut bersama kaum Kafirin merangsek untuk menuntut Pemerintah mencabut pasal pendirian rumah ibadah melalui Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi. Padahal pasal itu amat sentral demi terjaminnya kerukunan umat beragama. Yang dibidik Gus Dur adalah kaum Muslim, supaya kaum Muslim tidak berkutik ketika kaum Kafirin membangun Gereja di mana-mana.
  14. Dibaptis. Ini pertanda bahwa Gus Dur adalah munafik. Kalau memang ia benar-benar murtad dari Islam, maka hal itu tidak masalah sama sekali. Namun belakangan ia masih juga mengaku Muslim, dan pembaptisannya itu ia gunakan untuk menyerang Islam.
  15. Menyerukan supaya Majelis Ulama Indonesia (MUI) dibubarkan.
  16. Merestui dan membela Inul dengan goyang ngebornya, padahal semua Ulama sudah mengutuknya. 
Ada yang ingin menambahkan dosa-dosa apa yang dilakukan Gus Dur terhadap umat Islam? Biarlah Gus Dur 'beristirahat' dengan tenang di alam barzah dengan menanggung dosa-dosanya. Tinta sejarah tak bisa terhapuskan begitu saja. Semakin banyak kita bicara soal mendiang Gus Dur, maka sama saja membuka aibnya sendiri di hadapan rakyat Indonesia, khususnya umat Islam. 

Gus Dur juga manusia. Ia bisa melakukan kesalahan, bahkan yang paling fatal sekalipun. Ia bukan wali, apalagi 'malaikat'. Ia juga bukan jimat warga Nahdlatul Ulama (NU). Bila menyimak pemikiran dan ucapan Gus Dur, menunjukkan ia adalah tokoh kontroversial yang berjuang keras mewujudkan sebuah negara 'impian' Secularism bernama Indonesia.

Berikut ini adalah ucapan-ucapan Gus Dur yang terekam dalam setiap moment:

  • 20 November 1998, para tokoh berbagai agama berkumpul di rumah Gus Dur, Ciganjur, dan mengeluarkan penyataan sikap, “Kami sepakat tidak akan menggunakan agama sebagai kekuatan politik.” 
  • 24 Mei 1999, dalam acara 'Partai-Partai' di TPI, Gus Dur menegaskan cita-citanya untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel dan mempertegas penolakannya terhadap gagasan dimasukkannya hukum Islam ke dalam hukum nasional. “Ini negara kebangsaan. Karena itu Islam boleh dominan sebagai kekuatan moral, bukan sebagai kekuatan fisik atau sebagai perangkat hukum. Hukum (Islam) dijalankan oleh ummat, bukan oleh negara,” kata Gus Dur. 
  • Awal November 1999, saat melakukan lawatan ke sejumlah negara ASEAN, Gus Dur menegaskan lagi, “Indonesia tidak akan menjadi negara agama dan hukum Islam tidak akan dijadikan hukum nasional.” 
  • 24 Oktober 1999, Gus Dur berkata, “Kalau kita benar-benar beragama, maka akan menolak kebenaran satu-satunya di pihak kita dan mengakui kebenaran semua pihak.” 
  • 27 Desember 1999, dalam Peringatan Natal Bersama di Balai Sidang Jakarta, Gus Dur membuat pernyataan, “Karena itu, bagi saya, peringatan Natal adalah peringatan kaum Muslimin juga. Kalau kita konsekuen sebagai seorang Muslim (yang) merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw, juga adalah harus konsekuen merayakan malam Natal.” 
  • 21 Maret 2000, Gus Dur berucap, “Seperti Masjid Istiqlal, bahwa itu hanya diurusi ummat Islam saja, itu namanya salah kaprah. Mestinya semua orang boleh ngurusi kalau benar-benar seperti di Washington ada National Cathedral”. 
  • 27 Maret 2000, di Semarang, Gus Dur menegaskan lagi usulannya soal pencabutan Tap MPRS XXV/1966. “Demokrasi tidak mengenal Komunis atau bukan Komunis”, ujarnya. 
  • 1 Februari 2000, dalam pertemuan dengan sekitar 300 masyarakat Indonesia di London, Gus Dur menyatakan, “Ingat, identitas keislaman itu datangnya dari akhlaq pribadi kita, moralitas kita, maupun keyakinan kita, bukan dari institusi apapun. Kalau institusi apapun yang pakai nama Islam harus kita curigai. Itu saja”. 
*Sumber https://www.facebook.com/voaislam